KEGIATAN PITULASAN REMAJA

Jumat, 05 Maret 2021

CERITAKU

 

CERITAKU

 

Bagian 1

Masa Sekolah : Pengenalan

Sekolah Dasar

            Aku masuk sekolah dasar di usia 5 tahun tanpa melewati masa TK. Aku merupakan anak yang bandel dan nakal bagi keluarga. Sejak kelas 1 SD sudah sering tidak masuk atau bolos sekolah karena malu. Malu karena sering BAB dicelana, hehehe iya BAB dicelana saat berangkat sekolah. Ya mungkin karena takut atau apa waktu itu hingga aku sering BAB dicelana saat berangkat sekolah. Alhamdulillah hal itu hanya terjadi saat kelas 1 SD dan tidak berlanjut dikelas 2 dan seterusnya, masalah kecil mungkin tapi memalukan. Hehehe maklumi saja masih anak-anak. Kelas 2, 3, dan 4 alhamdulilah berjalan lancar walau tidak pernah dapat peringkat kelas, paling tidak aku tidak pernah tinggal kelas.

            Namun ketika kelas 4 SD aku sudah melakukan hal yang ekstrim bagi seorang anak seusia itu. Suatu kenakalan yang terlampau parah bagi seorang anak kecil yang bisa merusak mental masa depannya. Korupsi, itulah kenakalanku waktu kelas 4 SD itu. Waktu itu aku sudah mulai korupsi uang untuk pembayaran buku soal latihan. Uang dari orang tua yang harusnya digunakan untuk pembayran buku, aku gunakan untuk jajan. Mungkin karena effect iri sama uang saku kakaku yang lebih banyak, aku jadi melakukan hal itu. Korupsi aku lakukan tidak berlangsung lama karena ketahuan sama orang tua saat ada tagihan dari pihak sekolah tentang buku soal latihan dengan jumlah yang lumayan banyak belum terbayar. Dari situ pun aku berhenti korupsi uang buku lagi.

            Menginjak kelas 5 SD aku merasa mulai banyak beban, ketika itu sudah mulai banyak informasi soal nanti persiapan masuk kelas 6 jika naik. Entah apa yang ada dipikiranku, di kelas 5 itulah aku mulai mencuri uang ibuku. Memang jumlahnya kecil dan hanya beberapa kali saja aku melakukan itu, tapi akibatnya sangat fatal dan sangat merusak masa kecilku. Imbasnya adalah ketika aku mulai kelas 6 SD. Dan inilah klimaks kenakalanku dimasa kanak-kanak.

            Mungkin waktu di kelas 5 SD hingga beberapa bulan masuk kelas 6 SD, aksiku mencuri uang ibuku dan saudaraku tidak pernah ketahuan. Dan aku berfikir bukannya tidak ketahuan, tapi ibu dan seluruh keluargaku percaya bahwa aku bukan pelakunya atas kejadian kehilangan uang yang menimpa keluargaku. Aku masih berfikir aman dan melanjutkan aksi pencurian itu. Yang tadinya beberapa ribu, lambat laun berani mencuri hingga puluhan ribu. Jumlah pencurian yang cukup besar bagi seorang anak masa itu. Tapi pencurian dalam jumlah berapapun tetaplah mencuri dan suatu tindakan yang salah dan tidak bisa dibenarkan.

            Tak lama aksiku mencuripun ketahuan keluargaku, aku disidang, dihajar dan terintimidasi. Sudah tidak ada lagi kepercayaan dari keluarga terhadapku. Apapun tindakanku , apapun itu tidak ada lagi alasan dan pasti dihajar oleh bapaku dan kakak pertamaku. Mentalku terganggu dan berfikir sudah tidak ada lagi yang membelaku dan menjadi tempatku bersandar juga mengadu. Banyak teman dan tetanggaku mendengarnya jika aku ini pencuri, hingga banyak orang yang menaruh waspada terhadapku jika ada aku. Untuk diketahui, aku mencuri hanya milik keluargaku dan tidak pernah bahkan tidak berani mencuri milik orang lain walau orang lain itu masih saudara sepupu atau se kakek nenek. Murni aku mencuri hanya milik saudara sekandungku. Tapi mau bagaimana lagi, title pencuri sudah nempel didahiku.

            Sekolahku berantakan, saat ditinggal bapak ibuku pergi selama 2 hari aku milih membolos sekolah walau disekolah sedang ada latihan untuk persiapan ujian. Ketika bapak ibuku kembali akupun berangkat sekolah lagi dan mendapat hukuman dari sekolah untuk menulis satu buku penuh, kalimat “aku tidak akan membolos lagi” diulang-ulang sampai buku tulis penuh. Bapak ibuku menjadi tahu kalau aku membolos karena hukumanku itu dan murka sampai aku dihajar lagi. Beberapa kali tiap sampai sekolah pasti aku dalam keadaan menangis, karena aku dihajar saat akan berangkat sekolah. Mentalku semakin terganggu namun tidak ada yang bisa aku lakukan. Akhirnya seringkali aku cabut dari sekolah. Tiap diantar ke sekolah, sampai sekolah beberapa menit aku keluar lagi dan mencari tempat sekedar untuk menghibur diri dan menenangkan hati. Seringkali aku pergi ke sungai, ke perkebunan di lereng bukit dan ke tempat permainan atau dingdong. Sudah tidak peduli lagi ketahuan mencuri atau tidak yang penting punya bekal buat nanti bolos sekolah. Hingga pernah aku beberapa kali pergi dari rumah dan tidak pulang tanpa pamit. Dan balik lagi kerumah, ya karena uang saku hasil mencuri sudah habis. Hehehe....... ya karena aku menghindari mencuri punya orang lain selain punya keluarga, disamping aku tidak ada masalah sama orang lain akibatnya pasti lebih mengerikan. Semoga tidak terulang dan jangan sampai mengulang juga semoga tidak ada orang atau anak yang sepertiku. Na’udzubillahimin dzalik.

            Akhirnya kelas 6 SD aku harus tinggal kelas dan mengulang kelas 6 akibat kelakuanku yang sering bolos sekolah dan tidak pernah mau mengerjakan hukuman akibat sering tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah. Yang awalnya sok sokan ingin memberi pelajaran ke orang tua, aku sendiri juga yang kena. Hahahaha...... alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk mengulang. Di kelas 6 tahun kedua ini aku mulai merubah mindsetku. Mencoba untuk tidak peduli lagi hal-hal yang merugikanku. Mulai berfikir bagaimana caranya yang penting bisa lulus sekolah, gak peduli nilai berapa dan dapat peringkat kelas atau tidak, yang penting lulus. Banyak bulian dan omongan tentang masa laluku, aku cuek dan tidak peduli lagi. Banyak yang bilang soal aku adalah pencuri uang, aku juga tidak peduli lagi. Dari situ alhamdulillah aku bisa berhenti mencuri lagi, sekolahpun lancar dan lulus dengan nilai yang tidak memalukan walau tidak dapat peringkat kelas. Karena bagiku kecerdasan seseorang bukanlah soal nilai, tapi bagaimana aku bisa berkreasi dengan apapun walau hanya aku yang tahu. Jika hasil kreatifitas itu bermanfaat bagiku, itu adalah kesuksesan dan jika bermanfaat bagi orang lain juga, itu adalah bonus. Karena pasti Alloh tahu apapun yang kita lakukan walau tidak ada satu orangpun yang menilai.

“jangan berhenti berkreasi walau tiada orang yang mengakui” budi pe


BERSAMBUNG..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar